Banyak orang yang mengaku memperoleh pengalaman spiritual di tanah haram ini. Ada yang menyenangkan, tapi banyak pula yang tidak menyenangkan. Tapi sebagian besar manusia hanya menceritakan pengalaman spiritualnya yang menyenangkan, bahkan ada yang memanfaatkan untuk menyombongkan diri, menceritakan berulang-ulang pada setiap orang yang ditemuinya, bahkan seringkali menambahi bumbunya agar lebih terasa mukjizatnya, seakan-akan dialah orang terpilih untuk menjadi haji mabrur. Menceritakan pengalaman spiritual orang lain yang tidak menyenangkan juga sangat disenangi, bumbunya bisa bercampur-campur antara sayur asem, kari ayam dan dendeng balado. Enak dan seru bagi si pembawa cerita dan yang mendengarkan.
Hubungan sebab akibat berlaku di bagian manapun di bumi ini, termasuk tanah haram. Perbedaan utama yang tidak dimiliki oleh bagian bumi lain yang kita datangi, khususnya karena kita mendatanginya untuk ibadah haji, terletak pada kesadaran jiwa kita. Setelah sekian lama hidup dan membangun ego serta kepribadian diri, jiwa kita mungkin agak kurang peka terhadap jati dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT. Memenuhi panggilan Allah dan melakukan berbagai ritual ibadah haji, seakan-akan jiwa kita diingatkan pada asal usul kita. Siapapun kita, kaya miskin, berpangkat atau rakyat jelata, rupa yang bagus atau jelek, sempurna atau cacat, laki atau perempuan, kita hanyalah ciptaan Allah SWT. Tak layak bagi kita untuk menyombongkan diri. Tapi ternyata meskipun sudah di tanah haram dan melakukan berbagai ritual ibadah yang menguras tenaga, masih banyak cerita-cerita yang berbau kesombongan beredar diantara para jamaah, entah itu tentang banyaknya rejeki, banyaknya pangkat, banyaknya belanjaan, sampai banyaknya perjalanan haji/umroh yang telah dilakukan sebelumnya. Bahkan seringkali niat seseorang datang ke tanah suci tanpa disadari terungkap karena terlalu bersemangat menjelaskan tentang jati dirinya kepada orang lain.
Dalam ibadah haji juga kita diberi kesempatan untuk mengenal lebih banyak orang, mengagumi kekuasaan dan keberadaan Allah SWT melalui ciptaanNya. Subhanallah, begitu beragamnya niat manusia untuk datang mengunjungi Baitullah di tanah haram ini. Ada yang ingin menghatamkan bacaan Al Qur’an, dimudahkan bacaannya, sayangnya tidak satupun ayat yang dibacanya bisa dipahami apalagi diamalkannya. Ada yang datang agar ada gelar haji didepan namanya, pergi dan kembali ke tanah air sesuai jadwal yang ditentukan, sayangnya selama di tanah haram tidak bisa berbuat apa-apa karena sakit. Ada yang datang karena ingin melihat seperti apakah cerita orang-orang tentang mekkah dan medinah, maka diperlihatkanlah semua yang ingin di lihat, tetapi jarang mengunjungi masjid apalagi melakukan i’tikaf, ruku dan sujud. Ada yang bercita-cita mencium hajar aswat, maka diberi kesempatan untuk mencium batu hitam itu bahkan sampai berkali-kali, tentu saja karena berdesak-desakan disengaja atau tidak disengaja, sering menyakiti dan disakiti orang lain. Tetapi yang jelas tujuan utama untuk memuja Sang Pencipta menjadi bias, bahkan sering tidak bisa lagi membedakan besarnya rasa cinta kepada Allah SWT atau kepada hajar aswat. Tentang hal ini Umar bin Khatab pernah berkata, “Sesumgguhmya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu”.
Dalam ibadah haji juga kita diberi kesempatan untuk mengenal lebih banyak orang, mengagumi kekuasaan dan keberadaan Allah SWT melalui ciptaanNya. Subhanallah, begitu beragamnya niat manusia untuk datang mengunjungi Baitullah di tanah haram ini. Ada yang ingin menghatamkan bacaan Al Qur’an, dimudahkan bacaannya, sayangnya tidak satupun ayat yang dibacanya bisa dipahami apalagi diamalkannya. Ada yang datang agar ada gelar haji didepan namanya, pergi dan kembali ke tanah air sesuai jadwal yang ditentukan, sayangnya selama di tanah haram tidak bisa berbuat apa-apa karena sakit. Ada yang datang karena ingin melihat seperti apakah cerita orang-orang tentang mekkah dan medinah, maka diperlihatkanlah semua yang ingin di lihat, tetapi jarang mengunjungi masjid apalagi melakukan i’tikaf, ruku dan sujud. Ada yang bercita-cita mencium hajar aswat, maka diberi kesempatan untuk mencium batu hitam itu bahkan sampai berkali-kali, tentu saja karena berdesak-desakan disengaja atau tidak disengaja, sering menyakiti dan disakiti orang lain. Tetapi yang jelas tujuan utama untuk memuja Sang Pencipta menjadi bias, bahkan sering tidak bisa lagi membedakan besarnya rasa cinta kepada Allah SWT atau kepada hajar aswat. Tentang hal ini Umar bin Khatab pernah berkata, “Sesumgguhmya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu”.
Kejudul baru yuk.... WISATA RELIGIUS
No comments:
Post a Comment