Tiga tahun lamanya kami bertugas di sini, desa yang terletak di sebuah teluk Pulau Seram Maluku. Sepanjang mata memandang ke depan, hanya lautan yang luas dengan pasir putihnya di pinggiran pantai terlihat. Dan ketika berbalik ke belakang tebing batu tinggi menghalangi pandangan mata.
|
Desa Saleman |
Kehidupan penduduk yang bersahaja membuat kami bisa betah menjalani masa tugas kami. Rindu pada keluarga yang jauh terobati dengan persahabatan yang tulus dari masyarakat, membuat segalanya menjadi mudah. Antara tugas, pengabdian dan rekreasi menjadi satu tanpa sekat. Kami bisa melayani sambil berjalan-jalan dan menikmati indahnya hutan.... indahnya lautan...... dan enaknya makanan alam yang tersaji langsung di depan mata
|
Desa Horale |
|
Desa Sawai |
Bila musim durian tiba, hampir semua penduduk desa tidak berada di rumahnya. Mereka membawa semuanya ke walang (gubuk kecil), yang terletak dalam areal kebun-kebun durian. Anak-anak hingga hewan peliharaan semua mengungsi ke walang. Bila matahari muncul di ufuk timur, satu persatu penduduk turun ke desa membawakan kami durian hasil temuan mereka semalam. Bayangkan bila setiap orang membawakan kami 2 buah durian saja setiap hari. Kamar rumah dinas kami pun penuh terisi durian. Dan bau durian menyeruak sepenjuru rumah. Tidak mungkin kami menghabiskan durian-durian itu, maka aku membuatnya dodol yang nantinya kujadikan oleh-oleh bila pulang kampung nanti.
|
Makan Durian di Walang Desa Saleman |
|
|
|
Karena tidur di walang, banyak yang akhirnya sakit dan setelah diobati, lagi-lagi makin banyak durian yang datang ke rumah. Sering juga mereka membawakan aku bunga anggrek, yang pada musim durian berbunga lebat. Ketika itu aku memiliki banyak macam anggrek Pulau Seram, bahkan anggrek hitam pun ada, warnanya semua hitam hanya putiknya yang berwarna kuning. Semua itu diberikan anak-anak, bapak-bapak, ibu-ibu yang menjadi teman-teman kami. Mereka dengan suka cita memanjat pohon-pohon tinggi di tengah hutan belantara dan memikulnya ke rumah kami. Mungkin karena hidup di alam bebas, ukuran bunga anggrek itu sangat besar dengan kelopak bunganya yang juga besar. Indahnya.......
Kadang juga mereka membawakan kami burung kakatua Pulau Seram yang berjambul orange. Burung kakatua itu kami kandangkan, sampai jumlahnya sekitar 30an ekor. Tapi akhirnya semuanya kami lepas kembali, karena tidak tega melihat mereka menderita di dalam sangkar. Ketika baru datang, bulu burung-burung itu sangat bersih, mengkilat dan sehat. Namun setelah beberapa lama di dalam kandang, meskipun kami memandikan mereka dengan semprotan air, bulu putihnya dan jambul orange itu tidak sama lagi seperti semula, nampak kusam. Sebagian burung-burung itu tidak mau makan, beberapa bahkan menggigiti kakinya sampai putus. Menyesal sekali menyaksikan semua itu. Sampai saat ini kami tidak pernah mau lagi memelihara burung, meskipun banyak yang datang menawarkan burung-burung cantik Pulau Seram. Biarlah mereka hidup di alam bebas. Sekali nanti kami ingin datang kembali dan menikmati indahnya alam Seram Utara Maluku.
Untuk bisa sampai ke Seram Utara, biasanya perjalanan akan melewati Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi Maluku dan Kota Masohi sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tengah.
Baca juga : - Ambon - Maluku
- Masohi - Maluku Tengah
|
Menunggu Perahu untuk Menyeberang ke Air Belanda |
|
Tebing batu di Air Belanda |
|
Pemandangan Seram Utara |
|
Ora - Seram Utara - Maluku Tengah |
|
Ora di Waktu Malam |
No comments:
Post a Comment